Bukan Sekedar Hitungan Biasa, Namun Matematika Memiliki Peran Penting Bagi Kehidupan

 


Ilmu Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat luas dan banyak diterapkan didalam kehidupan sehari-hari. Artinya, ada keberlanjutan dalam pengaplikasian ilmu matematika. Ada yang menggunakan matematika secara langsung, seperti jurusan teknik, teknologi, komputer, dan lain-lain. Namun, ada juga yang menggunakan matematika secara tidak langsung. Seperti pada bidang sosial, matematika diperlukan untuk membuat statistik, analisis kuantitatif, hingga urusan bisnis seperti saham, bunga, dan produksi. Seorang ilmuwan besar filsafat dan matematika bahkan mengatakan bahwa matematika merupakan mukadimah atau pengantar bagi masyarakat untuk memahami filsafat kehidupan. Matematika sangatlah penting, dan tidak hanya berkutat dalam hitung-hitungan saja. Menariknya, matematika mengaktivasi otak kiri dan kanan secara seimbang. Selama ini kebanyakan masyarakat berpikir bahwa matematika hanya menggunakan otak kiri saja karena membutuhkan pertimbangan yang logis. Padahal, sebetulnya otak kanan yang bersifat imajinatif dan kreatif juga membutuhkan pertimbangan logis matematis.


Dengan kemampuan matematika, otak kanan yang hampir abstrak, dan kadang sulit dikendalikan, bisa diimbangi dan lebih terukur. Matematika tidak bisa dilepaskan dari kehidupan. Segala yang kita lihat, sentuh, dan bicarakan, tanpa sadar adalah matematika. Bentuk meja (persegi), sudut-sudut di tempat tidur, hingga takaran bumbu dan garam saat memasak, semua itu adalah unsur dari matematika. Matematika bahkan bisa membuat manusia memiliki persepsi baru terhadap suatu persoalan. Contohnya, ketika seorang anak melihat gambar benua pada atlas dunia. Kemudian, saat melihat gambar dari lima benua pada atlas, anak tersebut berpikir bahwa Indonesia ternyata kecil sekali, jarak dari Jawa ke Sumatra tampak dekat. Anak tersebut juga berpikir bahwa memungkinkan untuk singgah ke semua tempat, dengan cara yang mudah hingga bisa mewujudkan mimpi, dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. Padahal sebenarnya semua itu hanyalah perumpamaan dari bentuk yang sebenarnya menjadi bentuk yang lebih kecil dengan menggunakan skala.


Tetapi, Orang tua kadang tidak sadar bahwa matematika dapat membuat manusia memiliki persepsi baru terhadap suatu persoalan serta memiliki efek terhadap perspektif masa depan. Mereka beranggapan bahwa matematika hanyalah ilmu menghitung angka, dan mereka  juga kadang langsung mengambil kesimpulan bahwa anaknya memang tidak pintar matematika. Tidak pula diupayakan anaknya untuk memahami. Dengan itu, Survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 ternyata menunjukkan hasil yang cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan program yang digagas oleh the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tampak bahwa kemampuan matematika, sains, dan membaca pada anak Indonesia berada di peringkat rendah. Untuk matematika, Indonesia berada di peringkat 75 dari 81 negara dunia, dengan skor 379. Sangat jauh dibandingkan negara ASEAN lain seperti Singapura yang menduduki peringkat 2, dengan skor 569. PISA juga menemukan bahwa hanya 29 persen siswa Indonesia yang mencapai setidaknya level dua untuk matematika. PISA sendiri membagi kemampuan siswa menjadi enam level, dimulai dari level 1 yang paling rendah, hingga level 6 yang paling tinggi. Kemampuan siswa Indonesia yang mencapai level dua tadi, sangat rendah dibandingkan rerata OECD yang mencapai 76 persen. Untuk siswa Indonesia yang mendapat level lima atau lebih, angkanya bahkan lebih rendah, hanya sekitar satu persen saja.


Namun demikian, temuan PISA jangan membuat Indonesia berkecil hati mengenai matematika. Indonesia harus melihat kemampuan matematika secara komprehensif. Pada anak-anak Indonesia yang kuliah di luar negeri, kemampuan matematika mereka justru lebih unggul karena pembelajaran kita jauh lebih mendalam dan luas. Sedangkan di luar negeri, fokus pada suatu bidang saja. Ketika menilai kemampuan matematika anak juga perlu melihat bagaimana proses pembelajarannya di sekolah, dari TK hingga SMA bahkan perguruan tinggi.  Proses pembelajaran akan membentuk kemampuan matematika anak. Secara umum dia menilai, matematika yang dipelajari di Indonesia sudah baik. Proses pembelajaran akan membentuk kemampuan matematika anak. Jadi, harus dipastikan anak paham benar konsepnya mulai dari dasar, sebelum diajarkan konsep-konsep yang lebih rumit.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DISERA (DISEASE SPREAD TRACKER): APLIKASI PREDIKSI PERSEBARAN PENYAKIT MENULAR DENGAN MODEL MATEMATIKA SUSCEPTIBLE-INFECTIOUS-RECOVERED (SIR) UNTUK MENGOPTIMALKAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DI INDONESIA

BOOKMATH (BOOKKEEPING WITH MATH): APLIKASI PEMBUKUAN SEBAGAI REALISASI DIGITALISASI MATEMATIKA DALAM MEMBANTU UMKM

Pengaruh Pembelajaran Terhadap Daya Pikir, Mental, dan Tumbuh Kembang Anak